•  - 
    English
     - 
    en
    Indonesian
     - 
    id

PENINGKATAN PEMAHAMAN LITERASI KEBERLANJUTAN UNTUK MENDUKUNG CAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

Konsep keberlanjutan sejak kelahirannya melalui Laporan Komisi Brundtland tahun 1987 telah mengalami perjalanan cukup panjang (33 tahun).  Upaya penerapan konsep keberlanjutan mengalami berbagai modifikasi sejak lahirnya Agenda 21, Millenium Development Goals (MDGs) dan saat ini digantiakan oleh SDG’s (Sustainable Development Goals) dengan 17 tujuan. Konsep “Sustainable Development” masih terus diupayakan di seluruh bidang kehidupan manusia agar terjaminnya kehidupan yang berkelanjutan di masa mendatang.

Berbagai kendala penerapan konsep “Keberlanjutan” di seluruh bidang terutama adalah penyeimbangan kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan.  Kepentingan ekonomi yang secara langsung mengatur perikehidupan manusia menjadi titik penting dalam penerapan konsep keberlanjutan.  Pada saat ini keberlanjutan dihadapkan pada tantangan pandemi Covid 19 dan Revolusi Industri 4.0 yang menuntut adanya disrupsi di setiap lini kehidupan. Bagaimanakah konsep keberlanjutan dapat mengikuti Konsep New Normal dalam setiap kehidupan.  Beberapa sektor pembangunan yang terpengaruh pandemi seperti pariwisata dan lingkungan hidup perlu ditinjau seberapa besar perubahan yang telah terjadi dan bagaimana penerapannya di masa mendatang?  Sektor konstruksi yang saat ini menjadi perhatian besar pemerintah pusat dan dianggap  menyedot pembiayaan cukup besar dari anggaran negara.  Peran kelembagaan dalam pengelolaan lingkungan hidup menjadi salah satu faktor yang menentukan sejauh mana konsep keberlanjutan ini dapat diterapkan.

Pemahaman mengenai konsep keberlanjutan merupakan tantangan yang cukup besar bagi berbagai pihak baik kalangan akademisi, mahasiswa, praktisi dan penggiat lingkungan.  Mengingat pembangunan berkelanjutan memerlukan partisipasi berbagai pihak. Melalui peningkatan literasi keberlanjutan diharapkan berbagai kalangan siap menghadapi tantangan akan perubahan-perubahan yang dapat menjadi kendala penerapan konsep keberlanjutan. Pengembangan literasi mengenai aspek keberlanjutan serta implikasi pengembangan literasi dalam aspek pariwisata, lingkungan maupun konstruksi bagi berbagai pihak dibahas dalam webinar yang dikemas dalam tajuk Sustainable Development-Talk “ Increasing Sustainability Literacy Toward Sustainable Future” pada (6/6/2020).

Hal senada diungkapkan oleh Direktur Pascasarjana, Prof. Dr. Ir. Rudi Wibowo, MS yang menegaskan bahwa tujuan pembangunan berkelanjutan yang menjadi target pada tahun 2030 memerlukan sinergi di berbagai disiplin ilmu dan berbagai strata. Diskusi yang diwarnai oleh beragam perspektif bidang ilmu akan sangat bagus untuk memberi pengkayaan literasi keberlanjutan.

Diskusi tentang literasi keberlanjutan diawali oleh konsep literasi keberlanjutan dalam Revolusi Industri 4.0 dan pentingnya peningkatan literasi keberlanjutan dalam menghadapi Era New Normal yang disajikan oleh Dr. Wahyu Surakusumah, S.Si, MT, Staf Pengajar Departemen Pendidikan Biologi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Melalui topik pendidikan lingkungan dan literasi keberlanjutan, dibahas bagaimana pendidikan lingkungan diberikan untuk meningkatkan literasi keberlanjutan di kalangan mahasiswa dan penggiat lingkungan melalui empat cara berpikir yaitu berpikir masa depan, berpikir fokus pada nilai, berpikir sistem dan berpikir strategis.

Selanjutnya Dr. Fuad Muhammad, S.Si. M.Si, Staf Pengajar Pascasarjana Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro mengupas dampak pandemic terhadap sector wisata, dan bagaimana ekowisata dapat berperan dalam New Normal pasca pandemic Covid 19. Dikatakan bahwa peran ekowisata dalam pencapaian SDG’s pada tujuan Tujuan: I : Menghapus segala bentuk kemiskinan, Tujuan IV : Menjamin kualitas pendidikan yang adil dan inklusif serta meningkatkan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua, Tujuan VI : Menjamin ketersediaan dan manajemen air dan sanitasi secara berkelanjutan, Tujuan VIII : Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang merata dan berkelanjutan, tenaga kerja yang optimal dan produktif, serta pekerjaan yang layak , Tujuan XI : Membuat kota dan pemukiman penduduk yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan, Tujuan XIV : Melestarikan samudera, laut, dan sumber daya kelautan secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan, Tujuan XV : Melindungi, memulihkan, dan meningkatkan pemanfaatan secara berkelanjutan terhadap ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi desertifikasi, dan menghentikan dan memulihkan degradasi lahan dan menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati

Peran penting kelembagaan pendanaan lingkungan hidup di indonesia menjadi pembahasan menarik oleh Dr. Tjahjo Tri Hartono, Peneliti Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, LPPM, Institut Pertanian Bogor. Dikatakan bahwa Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup (Perpres No. 77 Tahun 2018) dapat dilakukan melalui tiga jalur yaitu (1) Penghimpunan dana melalui Dana penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan LH dan pemulihan LH. Dana amanah/bantuan konservasi; (2) Pemupukan dana  dengan Instrumen perbankan, Instrumen pasar modal dan/atau Instrumen keuangan lainnya sesuai dengan peraturan perundangan dan (3) Penyaluran dana melalui Perdagangan karbon, Pinjaman, Subsidi, Hibah dan/atau Mekanisme lainnya sesuai denga peraturan perundangan

Pelestarian air melalui pembangunan infrastruktur ramah lingkungan menjadi literasi dan wacana menarik diberikan oleh Dr.. Ir. Rifqi Asrib, M.T, Staf Pengajar Pascasarjana Pendidikan, Kependudukan dan Lingkungan Hidup Pascasarjana Universitas Negeri Makassar. Dibahas bahwa pengelolaan sumberdaya air dapat ditingkatkan melalui infrastruktur yang ramah lingkungan menggunakan beberapa metode seperti kolam konservasi, sumur resapan, perlindungan air tanah dan river side polder yang sesuai dengan kondisi alamiah di setiap wilayah di Indonesia.

Pembahasan literasi keberlanjutan disampaikan oleh Dr. Elida Novita, S.TP, M.T dari Prodi Pengelolaan Sumberdaya Air Pertanian/Alam Lingkungan Pascasarjana Universitas Jember yang akan memberikan ulasan bagaimana perspektif keberlanjutan dalam dimensi multidisiplin. Dikatakan bahwa efektifitas keberlanjutan dalam multisektor dapat diidentifikasi berdasarkan indikator masing-masing sektor berdasarkan komponen ekonomi, sosial dan lingkungan. Pembangunan berkelanjutan membutuhkan kemitraan yang inklusif – di tingkat global, regional, nasional dan lokal – dibangun di atas prinsip dan nilai-nilai, dan berdasarkan visi dan tujuan bersama yang menempatkan manusia dan planet di pusat. Selanjutnya literasi keberlanjutan menjadi kebutuhan pasti untuk meningkatkan pemahaman bersama bahwa kondisi saat ini tidak akan pulih tanpa kerjasama yang kuat dan kemauan untuk berubah.

Diskusi literasi keberlanjutan ini dipandu oleh moderator Dr. Luh Putu Suciati, S.P,M.Si, Kaprodi Magister Pengelolaan Sumberdaya Air Pertanian/Alam Lingkungan Pascasarjana Universitas Jember dengan harapan bahwa Webinar ini menjadi media untuk pengembangan iptek dan meningkatkan jejaring kerjasama di bidang pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan sesuai dengan visi misi Prodi Pengelolaan Sumberdaya Air Pertanian/Alam Lingkungan, Pascasarjana Universitas Jember.  Selanjutnya

pandemi ini dapat menjadi momentum untuk melakukan evaluasi terhadap hal-hal yang belum tercapai dalam agenda 2030 tentang Pembangunan Keberlanjutan dan Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim. (tim)