•  - 
    English
     - 
    en
    Indonesian
     - 
    id

INTEGRATED WATER RESOURCES MANAGEMENT ATAU IWRM

4Profesor Budi S. Wignyosukarto adalah Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada Sumber Daya Manusia dan Aset. Koordinator kopertis wilayah DIY dan Asisten ahli Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta bidang Pendidikan tersebut memiliki dedikasi yang tinggi dalam bidang Engginering sumber daya air.

Lulusan SMUN 3 Yogjakarta dan strata satu teknik sipil Universitas Gadjah Mada, pada tahun 1978, Budi S. Wignyosukarto melanjutkan studi strata dua di IHE Delft di Belanda dan meraih program doktoral di INPG Grenoble Prancis dengan judul disertasi “Studi Dilusi produk pencucian subjek pada Jaringan Irigasi untuk air pasang”.

Sebagai ahli rekayasa sumber daya air, Budi S. Wignyosukarto memiliki pengalaman luas dalam studi mengembangkan dataran rendah dan daerah pasang surut, drainase perkotaan dan struktur hidrolik, juga sebagai anggota Kelompok Kerja Pembangunan Berkelanjutan dari Tidal di Area Komisi Internasional tentang Irigasi dan Drainase.

Dalam lawatannya sebagai narasumber kuliah perdana mahasiswa baru semester genap 2016-2017 Program Pascasarjana Universitas Jember ini di gedung Mas Soerachman Universitas Jember, Budi S. Wignyosukarto mengangkat tema “Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu Untuk Kesejahteraan Bangsa”.

Budi WS  menjelaskan bahwa “Integrated water resources management atau IWRM memiliki asal muasal dimana pengelolaan sumber daya air diperlukan karena pemanfatan air yang kenyataannya bermacam macam, akan saling tergantung dan saling berpengaruh, dan juga pemanfaatan sumber daya air yang berbeda beda dianggap sebagai pemanfaatan satu kesatuan sumberdaya”, ulasnya

Budi WS juga mengungkapkan, “pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri”, ungkapnya.

Profesor  hidraulika dan drainase ini juga menjelasakan tentang siklus hidraulika dalam suatu pola dimana air laut akan naik ke atas yang akan menyebar menjadi awan dan terjadi hujan dengan pola transportasi uap air, setelah terjadi pemanasan hingga menjadi curah hujan, air jatuh kepermukaan tanah akan melalui dua tahap baik melalui proses perembesan masuk kedalam tanah kemudian tertampung menjadi salah satu cadangan air ataupun langsung mengalir menuju hilir melalui sungai hingga kembali ke laut.

Dalam suatu rapat yang diikuti Budi WS bersama anggota dewan tentang pengelolaan air ada pertanyaan yang dilontarkan salah satu peserta rapat.

“mengapa air hujan tidak langsung menuju ke laut kok masih terserap tanah”, katanya.

Dalam jawabanya Profesor Budi S. Wignyosukarto mengatakan, “apabila air langsung ke lautan maka air laut akan meresap kedalam tanah dan akan mencemari air yang ada dalam tanah”, jawabnya.(ysk)