•  - 
    English
     - 
    en
    Indonesian
     - 
    id

WIDHI DYAH SAWITRI, S.Si., M. Agr., Ph.D : “MAGIC UNTUK PENDIDIKAN DAN MOTIVASI”.

Lagi, seorang  peneliti  Universitas Jember, yang juga dosen Program Pascasarjana Program Studi Magister Bioteknologi  menemukan konsep “Sulap Education”  untuk lebih mengenalkan ilmu biologi kepada anak anak maupun anak didik.

Perempuan bergelar Ph.D . dari Institute for Protein Research, Osaka University Jepang. Memiliki konsep “Magic Education” setelah melihat beberapa kajian “natural sains education” di negara yang pernah disinggahi seperti Korea dan Jepang baik fisika kimia terutama biologi sesuai dengan keahliannya.

Menurutnya terbentuknya “magic education” tersebut Inti konsepnya adalah memperkenalkan pelajaran IPA atau sains dengan cara atau pendekatan yang lebih menyenangkan, karena edukasi bisa masuk ketika kita tertarik dan menyukai hal tersebut.

Widhi juga berpendapat untuk mengenalkan dan metode yang dia dapat tidak mudah, banyak tantangan butuh perjuangan dan pikiran yang harus disalurkan, “Memang banyak tantangan dalam proses penyampaian sains. Jika konsep penyampaiannya tidak tepat maka, banyak yang akan berkesimpulan bahwa sains itu pelajaran yang sulit dan membosankan”. ungkapnya.

Widhi memiliki alasan yang sederhana untuk lebih mengenalkan “magic education” kepada anak anak. “Alasan saya sederhana, sederhana”, katanya.

“ketidak pahaman dan kejenuhan mereka akan membawa kesan tidak menyenangkan dan akhirnya menyebabkan hilangnya ketertarikan. Rasa menyenangkan dan ketertarikan sangat penting kita pupuk dalam mengenalkan sains pada anak-anak”, tambahnya.

Salah satu peraih dana penelitian unggulan dari Dikti dengan penelitian berjudul “Purification and characterization of recombinant sucrose phosphate synthase expressed in E. coli and insect Sf9 cells: an importance of the N-terminal domain for an allosteric regulatory property” ini menjelaskan tentang awal keinginannya untuk memajukan pendidikan Indonesia, terutama tentang “natural sains education”  atau lebih dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam.

Menurut perempuan kelahiran tahun 1986 ini ide yang menurutnya mustahil ini karena berawal sifat idealismenya kepada dunia sains dan research.

“Berawal dari idealisme ingin berkontribusi dalam membangun bangsa dan berbuat sesuatu untuk Indonesia, Akhirnya setahun lebih brainstorming, diskusi bareng jarak jauh (Indonesia-Jepang, red), akhirnya menemukan ide tentang metode penerapan pembelajaran kepada anak didik, dan tidak menjadi momok bahwa sains itu sulit”, katanya.

“ide-ide ini semua dadakan perkiraan bulan september 2015. Mulai dari persiapan minimalis, dengan personel seadanya akhirnya bisa juga mengadakan acara pengabdian masyarakatnya PPI Osaka Nara yaitu ada kamishibai (dongeng anak dari Jepang, red) dan permainan sains anak yang saat ini telah dibukukan dalam buku (Magic Science)” , imbuhnya.

Peneliti CDAST dan bernaung sebagai Dosen Program Studi Magister Bioteknologi Universitas Jember ini merasa bangga jika hasil karyanya bisa diterapkan secara luas sebagai pembelajaran. “Senang rasanya jika karya kita bisa digunakan khalayak umum sebagai pembelajaran”, katanya.

Perempuan yang menyukai dunia anak-anak ini juga memiliki kesenangan tersendiri ketika peserta didiknya sukses melakukan research dalam sains.

“Saya senang melihat wajah anak-anak yang penasaran dan ingin mencoba sampai bisa. Setelah mengetahui  triknya dan bisa, mereka senang sekali. Disitulah terjadi proses pembelajaran. Edukasi bisa masuk, ketika seorang anak penasaran”, katanya.

Menurutnya menggagas magic eduvation itu memiliki visi misi yang lebih utama untuk memajukan pendidikan anak-anak indonesia.

“Edukasi Sains Anak Indonesia ini sebenarnya memiliki visi misi dan impian yang sama dalam memajukan pendidikan anak-anak Indonesia, sampai sampai saya bersama teman teman menerbitkan buku yang berjudul “Magic Science: Belajar Sains dengan Sulap”. Kami masih percaya bahwa jika kita memperkenalkan sains atau IPA dengan cara yang menyenangkan, maka anak-anak akan lebih tertarik untuk mempelajari IPA. Dan jika ketertarikan itu muncul, proses edukasi itu muncul”, katanya.

Widhi memiliki harapan besar terhadap karya yang dihasilkan, terutama untuk kemajuan sains. “berharap melalui buku ini, semoga kami dapat ikut mencerdaskan generasi bangsa melalui sains (ilmu pengetahuan)”, katanya.(ysk)