Motivasi Studi Doktor dan Beasiswa Dikti

Wilda Rasaili

Mahasiswa Doktor UNEJ dan Dosen UNIJA Sumenep.

Melanjutkan studi S3 (Doktor) menjadi sunnah muakkad bagi akademisi di lingkungan perguruan tinggi dalam rangka menunjang kualitas dan kapabilitas keilmuan serta atmosfir akademik. Beberapa perguruan tinggi terus mendorong tenaga pengajarnya untuk melanjutkan studi S3 baik di dalam negeri maupun di luar Pemerintah (Kemenristekdikti dan Kemenkeu) juga memberikan dorongan dan fasilitas bagi akademisi yang memiliki semangat menempuh S3 berupa program beasiswa, salah satunya BPPDN dan BUDI-DN/LN.

Sangat disayangkan, ketika akademisi (dosen) tidak tergugah untuk melanjutkan studi S3 berdasarkan dengan dorongan  perguruan tinggi dan pemerintah. Bagi dosen yang masih memiliki kometmen dalam dunia akademik dan bergulat dalam keilmuan dan penelitian, maka menempuh S3 menjadi langkah strategis yang perlu dipersiapkan dan diraih. Meraih S3 adalah upaya berkontribusi pada perkembangan pengetahuan dan kualitas institusi perguruan tinggi, sehingga sepatutnya dosen-dosen yang sudah memenuhi syarat untuk S3 dengan jalur biasiswa untuk menyambut peluang beasiswa 2018. Semangat dan nekat menjadi modal awal menuju studi doktor pada tahun 2018.

Analisis sederhana untuk melanjutkan S3 beasiswa setidaknya dapat dilihat dari, pertama, dinamika pengetahuan dan peradaban terus mengalami perubahan yang menuntut institusi perguruan tinggi terus berpacu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama bagi tenaga pengajarnya. Dalam menjalankan tridarma perguruan tinggi, pendidikan S3 bagi setiap pengajarnya akan menjadi penunjang terhadap kualitas implementasi tridarma. Dosen-dosen yang bergelar S3 secara formal sudah terakui memiliki tingkat pengetahuan yang cukup mempuni, klasifikasi pengetahuannya telah mencapai derajat 9. Kedua, jumlah doktor di Indonesia sangat minim dibandingkan negara-negara seperti Amerika Serikat, Jerman, India bahkan dibandingkan negara Malaysia, Thailand dan Singapura. Berdasarkan PDDIKTI, pada akhir tahun 2017 tercatar 34.223 orang yang bergelah S3. Jumlah itu sekitar 14 persen dari total 250 ribu dosen di seluruh Indonesia. Berbanding 143 Doktor per 1 juta penduduk, berbeda jauh dengan Amerika yang mencapai 9,850 per 1 juta penduduk, dan 509 per 1 juta penduduk di negara Malaysia. Jumlah itu memanggil para dosen-dosen untuk lebih berkontribusi meningkatkan pengetahuan dan pendidikan agar tidak kalah bersaing dengan negara-negara tersebut. Ketiga, wacana dan rencana pemerintah untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi asing agar membuka cabang di Indonesia serta merekrut dosen-dosen asing pada satu sisi dapat meningkatkan kualitas pengetahuan di Indonesia, tetapi sisi lain justru dapat mengasingkan dosen-dosen lokal karena kalah bersaing. Sehingga meningkat pengetahun dengan lanjut studi doktor baik DN atau LN menjadi kekuatan untuk besaing dan bekerja sama.

Aspek lain yang dapat memotivasi studi doktor adalah fasilitas beasiswa yang diberikan oleh pemerintah. Pada tahun 2017, terdapat 1000 kuota beasiswa BPPDN dan sebanyak 500+50 kuota beasiswa BUDI DN+LN. Jumlah kuota kemungkinan akan bertambah di tahun 2018 ini. Program beasiswa ini sangat membantu sekali terhadap dosen-dosen dari aspek manapun, ekonomi maupun pengetahuan. Dalam hal ini, saya sebagai penerima beasiswa BUDI-DN dalam aspek pengetahuan tentunya mengali peningkatan, mahasiswa hanya dituntuk untuk belajar dan berkarya, seolah kita dituntuk 70 persen berfikir, beraktifitas yang terkait dengan akademik dan 30 persen berdoa dan beribadah, sedangkan urusan ekonomi baik pribadi, istri dan anak bagian pemerintah pemerintah yang mengurus (tunjangan keluarga). Yang cukup mengenakkan pula dikti dan kampus asal terintegri dalam memberikan dukungan, dalam artian dosen yang lanjut studi statusnya adalah tugas belajar sehingga tanggung jawab kampus (honor) terhadap dosen tetap harus dipenuhi. Maka kesejahteraan ekonomi dan tingkat pengetahuan menjadi duakali lipat dari pada bernostalgia menjadi dosen apalagi tidak sibuk dengan penelitian.

Mohon maaf, gambaran di atas hanya bermaksud bahwa ada peluang pengetahuan dan jaminan kesejahteran yang perlu digapai oleh dosen-dosen yang masih S2 yaitu “Beasiswa Doktor”. Kita akan bertamasya intelektual dengan melanjutkan studi doktor sesuai dengan disiplin keilmuan masing-masing agar lebih menikmati perjalan intelektual kita. Jika saudara ingin bertamasya dalam ilmu administrasi, Universitas Jember terdaftar sebagai penerima calon mahasiswa jalur beasiswa. Bersama kami, Program Doktor Ilmu Administrasi Universitas Jember membangun dialektika pengetahuan menuju level 9. Selamat bergabung calon-calon penerima beasiswa doktor di Ilmu Administrasi Universitas Jember.