Kekeringan merupakan salah satu dari beberapa jenis bencana yang dapat menyebabkan terganggunya proses alamiah antara manusia dan lingkungan. Kekeringan sangat identik dengan kurangnya ketersediaan air disuatu wilayah. Air sangat mempengaruhi keberadaan makhluk hidup dalam melangsungkan proses kehidupan. Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang sebagian besar dikelilingi oleh perairan. Namun World Water Forum (2000) mengatakan bahwa Indonesia pada tahun 2025 diprediksi akan mengalami krisis air (bencana kekeringan).
Dusun pedati merupakan salah satu dusun dari Desa Kampung Baru, Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso yang letaknya di atas pegunungan sekitar Kawah Ijen. Dusun Pedati memilik topografi ketinggian ±1.800 mdpl dengan suhu yang rendah sekitar 190 C dan kelembaban yang tinggi. Dusun ini merupakan dusun yang lokasinya hasil dari deforestasi hutan menjadi lahan produksi kopi. Mayoritas masyarakat Dusun Pedati sebagai petani kopi rakyat. Namun dalam melangsungkan hidup di Dusun Pedati, masyarakat selalu mengalami kekeringan (krisis air), baik dalam kebutuhan air sebagai penopang hidup maupun air sebagai proses pengolahan kopi.
Melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Jember dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi maka kami melakukan sebuah kajian untuk mengidentifikasi permasalahan air di Dusun Pedati. Hasil identifikasi tandon air dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Berdasarkan hasil identifikasi dan observasi di lapangan bahwa kondisi tandon penampungan air yang ada belum cukup memadai. Sebagian tandon tidak berfungsi sehingga masyarakat memusat ke salah satu tandon yang tersedia. Kemudian setelah dilakukan perhitungan debit air maka dipastikan masih belum cukup memulihkan fungsi tandon yang ada. Pada tandon 1, 4, dan 5 kondisi tandon tidak berfungsi karena kondisi lebih tinggi. Kondisi tersebut tidak seimbang dengan kecepatan aliran air dari sumber sehingga pada saat kondisi tandon yang lebih rendah air bisa mengalir yaitu tandon 2 dan 3. Tandon tembusan kadang-kadang juga mengalir ketika tandon 2 dan 3 dalam kondisi penuh. Tetapi ketika sebaliknya, maka satu Dusun Pedati masyarakat mengambil air di tandon 2 dan 3. Pada tandon 2 dan 3 pun dapat dilihat bahwa volume air yang mengalir sangat jauh dari harapan. Oleh sebab itu sangat perlu upaya konservasi dalam pengembalian fungsi hutan untuk menghasilkan air yang melimpah untuk masyarakat Dusun Pedati.
Mahasiswa Universitas Jember juga bisa bekerja sama dengan Bapak Camat setempat yakni Ir. Cagar Alam untuk turut mengawasi pembentukan HIPPA (Himpunan Pengguna Pemakai Air) sebagai salah satu upaya dalam pengelolaan air bersih. Selama ini masyarakat sering terjadi konflik air untuk saling berkompetisi menggunakan air, baik air untuk dikonsumsi maupun air untuk digunakan mengolah kopi. Maka hasil pertemuan di Balai Pertemuan didapatkan hasil pembentukan kepengurusan HIPPA yang terdiri dari Ketua, Bendahara, Sekertaris dan beberapa Tim Ahli untuk perawatan saluran air dilapangan.
Untuk upaya konservasi di lahan tersebut, maka disarankan untuk menanam kembali tanaman hutan sebagai upaya mitigasi. Reboisasi adalah langkah strategis untuk mengembalikan fungsi hutan sebagai tangkapan hujan. Penanaman kembali sangat penting untuk direncanakan supaya air tidak cepat kembali ke lautan. Sangat penting bekerja sama dengan dinas terkait seperti Dinas Kehutanan dan Pemerintah Kabupaten Bondowoso. Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Dusun Pedati perlu peningkatan sosial ekonomi berbasis lingkungan sebagai solusi masyarakat agar tetap bertahan melangsungkan hidup.
Penulis : Fariz Kustiawan Alfarisy
Editor : Ali Amrah Muhammad
Web Admin : Hari Susanto