BERMODAL TERNAK BEBEK, MENGAIS GELAR MAGISTER BIDANG KEUANGAN.

endriWaktu menunjukan pukul 18.00 (6/11) itulah waktu tegang  Endri Purnomo untuk menghadapi  3 penguji tesis diketuai oleh Prof. Isti Fadah dengan 2 pembimbing tesis antara lain Hadi Paramu Ph.D dan Dr. Novi Puspitasari, guna mempertahankan tulisannya yang berjudul “Pengaruh Likuiditas Kupon Jangka Waktu Jatuh Tempo Dan Suku Bunga Pasar Terhadap Pasar Obligasi Berperingkat Rendah Dan Harga Pasar Obligasi Beringkat Tinggi”, untuk mendapatkan gelar yang di inginkan Magister Manajemen bidang konsentrasi keuangan.

“cukup tegang, lama, dengan tingkat stress tinggi saat ujian” katanya.

Pria asli kota oseng Banyuwangi ini, anak ke dua pasangan Irianto dan almarhumah Patemi ini memaparkan kisah perjalanan kuliahnya berawal dari SMU Ibrahimy Wongsorejo, roman picisan kala itu membuat gairah untuk terus mengejar prestasi akademik semakin meningkat. Meskipun keadaan orang tua tidak bisa menggapainya, dengan bermodal bebek petelur Endri Purnomo terus melangkah sampai jenjang Magister saat ini.

“saya kuliah ini hanya bermodal greget, dulu waktu SMU sering di ejek sama orang tua pacar”, katanya. “anak desa bisa apa” tambahnya.

Anak Desa Bajul Mati Wongsorejo Banyuwangi ini pernah mengutarakan hasrat untuk melanjutkan kuliah, namun ekonomi keluarga kurang mendukung, dengan keadaan orang tua sebagai peternak bebek tradisional.

“saya hanya dimodali bebek afkir untuk dijual ke pasar”, terangnya. “20 ekor bebek afkir hanya terjual 7500 per ekor, itulah yang saya gunakan untuk mendaftar kuliah saat S1, ditambah sisa uang saku saat SMU ”, tambahnya.

Endri juga memaparkan dari keinginan yang kuat tersebut akhirnya menemukan jalan sambil kuliah sambil berjualan bebek dan telur bebek. Hingga jenjang Strata dua, motivasi utamanya hanya dari dosen waktu di Strata satu UNTAG Banyuwangi untuk lanjut kuliah.

Endri juga mengungkapkan saat kuliah strata dua hal yang terberat saat detik detik terakhir mengerjakan tesis.

“banyak yang harus diselesaikan, antara tugas dan kewajiban”, katanya. Endri juga berucap penelitian yang dilakukannya mengenai perdagangan melalui bursa efek cukup menyita waktu dan pikiran. “Banyak menyita waktu dan pikiran karena karena obligasi jarang diteliti sedangkan kendala utama pada saat pencarian data”, ungkapnya.

“di literatur lainnya belum menemukan masalah tersebut, jadi harus mencari banyak macam  literatur dan kemungkinan sudah 30 an buku sebagai literatur pendamping”, ulasnya.

“Untuk data data primer mengambil  data IDX (Indonesia Stock Exchange, red) atau Bursa Efek Indonesia dan untuk data sekunder seperti frekwensi perdagangan, harga pasar dan frekwensi perdagangan ambil dari perusahaan lain TICMI yang bermitra dengan  mitra BEI”, tambahnya

“Sedangkan untuk Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) saya gunakan sebagai rujukan untuk pasar surat utang atau obligasi di Indonesia sekaligus bagian dari strategi pendalaman pasar keuangan”, unggahnya.

Pria lajang yang bercita cita menjadi dosen dengan prinsip “dengan ilmu derajat dinaikan, dan dengan ilmu pula harta bisa dicari” berharap besar terhadap anugrah yang diberikan sampai dinyatakan lulus kemarin.

“alhamdulillah saya bisa lulus meski penuh perjuangan, dan sekarang penuh revisi tesis, tapi saya tetap bersyukur, dan saya sudah bisa membuktikan tentang roman picisan waktu SMU” katanya. (ysk)