Kebangkitan Nasional merupakan momen tentang bangkitnya semangat kaum pemuda untuk berjuang merebut kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia kala itu, dan setelah kemerdekaan saat ini berjuang bukanlah lagi dengan memanggul senjata, namun langkah nyata mengisi kemerdekaan dengan berjuang terus menerus menorehkan prestasi yang harus ditunjukkan baik secara formal maupun non formal, terus belajar tanpa mengenal usia dan batas waktu, itulah ungkapan Dra. Retno Endah Supeni, M.M. salah satu dari mahasiswa baru Program Doktor Manajemen tahun ini. “meskipun usia saya 49 tahun, tapi saya masih memiliki semangat ingin kuliah dan mengukir prestasi dalam akademik”, imbuhnya.
Dra Retno Endah Supeni menegaskan “perempuan adalah tiang negara dan hadist Rasullulah juga telah menjelaskan “Wanita adalah tiang negara, jika baik wanitanya maka baiklah negaranya dan jika rusak wanitanya maka rusak pula negaranya”.
Perempuan sering dijadikan sebagai ajang perbudakan, di beberapa Negara tenaga kerja wanita diberlakukan tidak manusiawi, taraf kemiskinan masyarakat yang membuat perempuan lebih ekstra dalam seluruh kegiatan, perempuan juga dituntut untuk bisa mengatur keseluruhan manajemen rumah tangga, terutama masalah anak dan keuangan keluarga ditengah himpitan ekonomi yang ada.”Macak manak masak” bukan lagi suatu hak namun kewajiban.
Mantan ketua Pusat Studi wanita UM Jember dan ketua Forum PSW/G Jawa Timur Wilayah Timur dan ibu dari dua putra ini memiliki kelompok-kelompok pemberdayaan wanita di beberapa desa di Kabupaten Jember dan Bondowoso ini juga menuturkan akan terus melakukan inovasi model pemberdayaan perempuan miskin pedesaan melalui manajemen usaha kecil sederhana. Beberapa kegiatan pelatihan kepada perempuan miskin telah dilakukan antara lain kelompok perempuan di desa Wirolegi, desa Suci Panti, desa Grujugan dll. Rata-rata setiap desa diikuti 30 kelompok perempuan binaan, dengan diberikan pelatihan baca tulis dan pelatihan life skill, serta motivasi berwirausaha membuat produk–produk potensi desa yang dapat dikembangkan seperti nata de coco, nata de banana feel dll, agar perempuan ini lebih berdaya secara ekonomi untuk menambah penghasilan dalam keluarga. “langkah kecil yang saya lakukan bersama teman-teman ini secara terus menerus akan diupayakan melalui inovasi dengan meneliti bagaimana cara memberdayakan perempuan miskin di pedesaan agar lebih kreatif”. Imbuhnya
Peningkatan kemandirian perempuan melalui perannya di bidang ekonomi harus selalu diupayakan agar perempuan miskin di desa-desa dapat melakukan kegiatan di rumah tangga dan kegiatan lain yang bermanfaat bagi perempuan itu sendiri serta keluarga dan masyarakat secara luas. Apabila perempuan mempunyai pendapatan sendiri akan membuka peluang perempuan memiliki kemandirian. Kemandirian untuk mengelola dan menentukan pemanfaatan pendapatan yang dimilliki dapat mengurangi penderitaan karena kemiskinan, dapat memenuhi kebutuhan sendiri, bahkan ikut membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga
Dra. Retno Endah Supeni, M.M. berkeinginan setelah kelulusannya dapat memberikan sumbangsih kepada masyarakat khususnya perempuan, dengan membuat dan memberikan model pemberdayaan ekonomi terhadap perempuan miskin pedesaan, melalui pengembangan usaha kecil sederhana. (ysk)