Menakar ulang pemaknaan kemerdekaan Indonesia?

Menakar ulang pemaknaan kemerdekaan Indonesia?

novan

 Oleh: Novan Aulia Rahman

Mahasiswa Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Jember

Memperingati kemerdekaan Indonesia seharusnya tidak boleh lepas dari bagaimana founding father bangsa ini memaknainya, sebagaimana terungkap dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia ini lahir atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dorongan kuat keinginan yang luhur. Jadi ada kesadaran spiritual dari para pendiri bangsa ini bahwa kemerdekaan ini tercapai sebab adanya peran Allah Tuhan Yang Maha Kuasa yang dengan rahmatNya menggerakkan para pahlawan Indonesia mempunyai keinginan kuat untuk membebaskan negerinya dengan keberanian dan pengorbanan yang tak ternilai.

Landasan spiritual inilah yang melahirkan totalitas perjuangan meski tanpa liputan media atau bahkan banyak nama yang tak tertulis dalam sejarah, tetapi output dari perjuangan mereka dapat kita rasakan. Inilah pesan besar yang harus tersampaikan pada generasi sekarang dan menjadi spirit di era yang banyak orang menyebutkan penuh dengan dunia pencitraan. Dimana banyak yang berorientasi pada citra bukan pada karya, hingga merasa cukup dengan publikasi media meskipun minim karya yang dirasakan di masyarakat. Ini bukan berarti kebaikan prestasi itu tidak boleh diliput, tetapi jangan sampai itu menjadi orientasi sehingga menjadikan turun semangatnya jika tidak ada publikasi.

Dalam konteks pelajar dan mahasiswa, semangat berkarya ini menjadi hal penting dimana demam selfie banyak menjangkit di era social media sekarang yang sepertinya lebih banyak dihiasi dengan hal-hal yang bersifat hiburan. Maka salah satu hal yang produktif dalam memperingati kemerdekaan adalah memenuhi halaman social media kita dengan karya-karya nyata mulai dari ide-ide yang bisa kita dijadikan solusi di sekitar kita sampai pada produk-produk ilmiah yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.

Landasan spiritual ini juga melahirkan pejuang-pejuang yang tangguh dengan segala keterbatasan resources, baik dari sisi persenjataan maupun logistik. Maka segala keterbatasan yang kita alami sekarang ini jangan menjadi halangan kita dalam perjuangan menghasilkan karya. Jika kita mau jujur, keterbatasan yang kita rasakan sekarang ini tidak ada apa-apanya dibanding apa yang dirasakan para pejuang jaman dulu. Maka melatih diri dengan soft skill, mengasahnya dalam kehidupan berorganisasi di kampus dan menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan akademik adalah cara produktif dalam memperingati kemerdekaan Indonesia kita.

Lalu apa sebenarnya landasan spiritualnya itu? Ia adalah sebuah keyakinan bahwa perjuangannya itu adalah kewajiban ibadah, perintah Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagaimana sejarah mencatat semangat inilah  yang mendasari  resolusi jihad yang diinstruksikan oleh Nahdatul Ulama di Surabaya. Ia juga merupakan bentuk syukur atas anugerah Indonesia yang indah dan penuh dengan kekayaan alam ini jangan sampai jatuh di tangan penjajah yang akan mengeksploitasi dan merusak Indonesia, maka anugerah ini harus dijaga dengan sekuat tenaga.

Jadi jika kita sekarang menjadi mahasiswa, maka yakinlah bahwa belajar adalah ibadah, perjuangan menghasilkan karya-karya ilmiah adalah ibadah, perjuangan mencerdaskan bangsa adalah ibadah, menempa diri dengan ketrampilan dan soft skill adalah ibadah. Itulah bentuk syukur yang sebenarnya atas anugerah kemerdekaan yang menjadikan kita orang-orang terdidik dan mampu berkarya. Dan menjadi apapun kita di Indonesia ini, segala hal yang kita usahakan untuk menghadirkan kecerdasan dan kesejahteraan, kedamaian dan keadilan, adalah ibadah. Bukan semata untuk mendapatkan imbalan materi saja, sebab kita semua yakin Tuhan Maha Melihat dan Membalas amal, Maha Menepati Janji dan tidak pernah menyia-nyiakan amal hambaNya. Semangat inilah yang mampu bertahan dalam semangat berkarya meski penuh dengan keterbatasan dan sepi liputan. (nau)