OPTIMALISASI SISTEM INFORMASI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS)

403840_386056304777520_2057268370_n

Oleh : Dony Setiawan Hendyca Putra
Mahasiswa Program Pascasarjana  Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

Perkembangan teknologi tumbuh sangat pesat yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Pelayanan kesehatan ditujukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien. Untuk mencapai hal tersebut memerlukan sistem informasi kesehatan lintas sektor seperti yang tertuang di dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009. Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan primer, memiliki peran sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan diwajibkan untuk menerapkan SIMPUS sesuai dengan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 43 dan 44.

Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat tingkat pertama. Konsep Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilangsungkan Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) di Jakarta. Melalui gagasan untuk menyatukan semua pelayanan kesehatan tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat.

Terjadinya otonomi daerah mempengaruhi tatanan sistem yang ada di pemerintahan daerah termasuk bidang kesehatan. Dengan adanya otonomi daerah, penyelenggaraan SIMPUS menjadi tanggung jawab masing-masing pemerintah kabupaten/ kota. Seiring waktu, keanekaragaman bentuk SIMPUS tidak dapat dihindari yang menyebabkan timbulnya masalah seperti kurang terintegrasinya data. Selain itu belum ada kebijakan standar yang secara khusus mengatur SIMPUS yang mengakibatkan melemahnya tingkat ketegasan sebuah sistem.

Beberapa masalah yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan SIMPUS yaitu terbatasnya dukungan sumber daya, terutama Sumber Daya Manusia yang merupakan peran utama dalam implementasi SIMPUS, serta pembiayaan dalam pengadaan komponen penunjang penerapan SIMPUS.

Data adalah fakta kasar atau gambaran yang dikumpulkan dari suatu keadaan tertentu. Informasi adalah data yang telah diolah dan dianalisis secara formal, dengan cara yang benar dan efektif sehingga hasilnya dapat bermanfaat dalam operasional dan manajemen. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terdiri dari berbagai faktor yang berhubungan satu sama lain dan saling mempengaruhi, yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas SP2TP/ SP3 didalam pelaksanaannya masih terbatas pada data yang merupakan hasil dari interaksi antara masyarakat dengan fasilitas kesehatan. SIMPUS juga dapat membantu dalam perancangan program-program kesehatan di Puskesmas namun dalam kenyataannya belum berjalan seperti yang diharapkan, bahkan kehadiran sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas. Evaluasi dilakukan untuk mengkaji pelaksanaan SP2TP, menemukan masalah-masalah yang dihadapi baik dari aspek teknis maupun non teknis.

Informasi atau laporan haruslah mempunyai kualitas yang relevan, tepat waktu, dan efisien agar dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Sedangkan informasi yang dibuat dengan cara manual mempunyai risiko kebenaran dan keakuratan lebih kecil. Kemungkinan terjadi kesalahan baik yang  disengaja maupun tidak disengaja akan lebih besar, sehingga keakuratan informasinyapun berkurang. Efisiensi waktu dan kecepatan menghasilkan informasi atau laporan kepada pengguna juga bisa terlambat. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan cara pengembangan sistem, yaitu menyusun sistem baru untuk menggantikan istem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.

Sistem informasi adalah salah satu cara yang sudah tertentu yang menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh organisasi untuk beroperasi dengan sukses. Kegiatan ini terdiri dari input untuk menyediakan data, proses untuk memproses dan mengolah data, output untuk menghasilkan laporan, penyimpanan untuk memelihara dan menyimpan data, serta kontrol yang menjamin suatu sistem informasi berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Sebagian besar Puskesmas dalam pelaksanaan SIMPUS masih belum memanfaatkan SIMPUS secara optimal sehingga sering mengalami keterlambatan dalam pelaporan ke Dinas Kesehatan kabupaten/ kota.

Dari permasalahan yang timbul terkait dari implementasi SIMPUS ada beberapa tahapan solusi :

  1. Man (manusia)

Kita kaji terlebih dahulu apakah pengguna SIMPUS tersebut telah siap dan mampu mengoperasikan SIMPUS sesuai dengan harapan. Jika masih belum siap maka perlu diberi sosialisasi dan pelatihan atau Training of Trainer (TOT) tentang SIMPUS yang akan diterapkan.

  1. Money (pembiayaan)

Kita kaji terlebih dahulu apakah instansi mampu membeli alat-alat yang digunakan untuk kepentingan SIMPUS. Karena pembiayaan yang dikeluarkan cukup besar untuk memenuhi komponen sistem informasi.

  1. Method (metode)

Kita kaji terlebih dahulu apakah SDM yang akan ditugaskan telah memiliki sertifikat lulus uji mengoperasikan SIMPUS. Jika belum maka segera dikirim ikut pelatihan atau TOT.

  1. Material

Kita kaji apakah sumber daya yang ada sudah mencukupi untuk dilaksanakannya SIMPUS. Jika masih belum ada ruangan khusus tempat komputer dan ruangan rekam medis berarti perlu dibuatkan dulu.

  1. Machine

Kita kaji terlebih dahulu apakah peralatan elektronik yang menunjang terlaksananya SIMPUS sudah sesuai standar. Jika belum sesuai standar maka perlu pengadaan alat-alat elektronik.

  1. Market

Informasi pelatihan untuk pengguna SIMPUS perlu dipasarkan secara online melalui website agar pesertanya lebih banyak.

  1. Minute

Instansi terkait harus memiliki target waktu untuk menentukan progres yang dicapai.

Dengan melaksanakan tahapan solusi ini maka SIMPUS akan berjalan dengan optimal, sehingga informasi dapat terintegrasi dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota.(ysk).